Thursday
2024-04-25
3:59 PM
Section categories
Analisa [3]
Arabiatuna [1]
Barakatak [2]
Cerpen [1]
Figura [2]
Lenyepaneun [1]
Lintas Budaya [4]
Paguyuban [10]
Resensi [4]
Salam Rumpaka [2]
Serial Kampus [3]
Sorotan Utama [1]
Keputrian [3]
Warta Kita [2]
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Search
Site friends
  • Create your own site
  • My site
    Main » Articles » Serial Kampus

    Meraih Cumlaude di Kampus Ramadan ( Oleh: Febrian Firdaus )


    Seperti halnya masyarakat biasa, mahasiswa yang juga merupakan bagian dari makhluk sosial, tentu saja tak mau ketinggalan memanfaatkan momentum Ramadan ini. Di beberapa  negara, mungkin Ramadan bagi mahasiswa, harus dijalani dengan padatnya jadwal perkuliahan, aktivitas-aktivitas kampus yang tak kunjung berjalan seiring berjalannya bulan suci ini. Berbeda halnya dengan  kita, masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir), tidak mengalami aktivitas kuliah selama bulan Ramadan sebagaimana di negara-negara lainya. Namun hal ini bukan berarti kita melupakan kampus kita tercinta karena tak sedikit dari kita masih sering mengunjungi kampus, entah untuk suatu urusan penting atau sekedar mengunjungi masjid Al-Azhar untuk tadarusan dan beri'tikaf di sana. Mereka menjadikan momentum Ramadan ini, bukan sekedar bulan yang penuh maghfirah melainkan menjadikan bulan ini sebagai kampus yang agung, kampus ketakwaan yang  membentuk graduan yang pro-aktif untuk membawa keampunan.

    Laiknya sebuah unversitas, bulan Ramadan merupakan sarana dan tempat yang tepat untuk menempa diri. Keutamaan pendidikan di bulan ini selain memiliki rahasia puasa yang sangat luar biasa adalah didikan langsung (live) dari Allah Sang Maha Pencipta.

    Inilah  kampus kita, "KAMPUS RAMADAN", kampus yang telah dii'tirafkan oleh Allah bahwa setiap "mahasiswa" yang benar-benar menghayati "modul-modul" atau yang biasa kita sebut di sini "muqarrar" yang diperkenalkan akan diampunkan setiap dosa mereka yang lalu.

    Kampus Ramadan ini merupakan suatu institusi yang menjanjikan kualitas produk graduan yang bebas dari pengangguran iman, karena setiap "muqarrar" yang diajar mempunyai elemen 'ubûdiyyah yang tinggi untuk meningkatkan ketakwaan dan senantiasa berusaha untuk  selalu taqarrub kepada Yang Maha Pencipta.

    Sebagai mahasiswa universitas Ramadan, kita (shâ'imîn) tentunya ingin berhasil dengan baik untuk menjadi "alumni Ramadan teladan", baik itu teladan bagi diri sendiri maupun bagi manusia yang lain. Tidak berhenti sampai di situ, sebagaimana dalam kehidupan akademis perkuliahan, gelar sarjana dengan predikat cumlaude atau “mumtâz” selalu menjadi idaman setiap mahasiswa. Maka Ramadan pun bisa memberikan gelar serupa, bahkan summa cumlaude atau yang kita bisa sebut “mumtâz ma’a martabati syaraf”.

    Kalau saja dari tradisi kita ada yang mendapatkan "bingkisan hadiah" karena prestasinya di kampus, maka prestasi yang disandang dari kampus Ramadan ini jauh lebih besar dan mulia dibanding bingkisan-bingkisan lainnya dan telah dijanjikan oleh-Nya, yaitu tak ada lain bingkisan bagi para perindunya selain “jannah” yang kenikmatannya tiada tara. Allâhummaj’alnâ minhum, ya Rabb?!

    Selanjutnya timbul pertanyaan, pantaskah kita menyandangnya? Adakah kampus Ramadan ini menggoreskan sejuta makna bagi kita? Sudahkah menjadikan kita "manusia baru"? Ataukah tak ada beda (dari sebelumnya)?

    Kampus Ramadan ini adalah tempat dan momen kasih sayang Allah kepada mahasiswa-Nya (shâ'imîn). Kampus ini juga merupakan kampus agung yang sarat makna, nilai, hikmah dan pahala. Tak berlebihan jika mengatakan kampus Ramadan adalah kampus penuh dengan festival yang gemerlap dan penuh dengan tawaran menarik. Bonus pahala berlipat ganda, rahmat dan ampunan Allah sampai janji surga. Untuk memudahkan shâ'imîn meraih keuntungan tersebut, Allah telah membelenggu setan-setan sejak hari pertama di kampus Ramadan ini hingga hari terakhir, juga mengecilnya kadar kejahatan dan kemaksiatan.

    Sebagai contoh sederhana, “mahasiswa-mahasiswa-Nya” yang tadinya  lalai akan waktu shalat dan jarang membaca Al-Qur'an, menjadi rajin di kampus ini. Perkataan kotor mulai dikekang dan dikendalikan karena khawatir dari modul utamanya (puasa) batal.

    Maka sangat tepatlah Ramadan sebagai kampus training, kampus penggemblengan diri, medan pelatihan dan pembekalan "mahasiswa". Sedangkan 11 bulan yang lain sebagai arena ujian "final" yang sesungguhnya untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Seorang mahasiswa yang tidak berlatih dengan tekun dan membekali diri dengan baik, tentu akan gagal di medan ujian. Lain halnya dengan mahasiswa yang berdisiplin dan bersungguh-sungguh dalam latihan, tentu akan sangat siap menghadapi ujian sesulit apapun dan besar kemungkinan gelar sarjana dengan predikat cumlaude atau mumtaz mudah diraihnya.

    Adapun gelar yang dianugerahkan Allah kepada para alumni universitas Ramadan adalah "al-muttaqîn". Gelar "al-muttaqîn" jauh lebih bergengsi dibandingkan dengan gelar-gelar lainnya seperti S1 (Lc atau lainnya), S2 (master), S3 (doktor), dan bahkan professor. Hebatnya lagi, gelar "al-muttaqîn" hanya diraih dalam waktu sebulan dibandingkan dengan gelar lainnya yang memakan waktu bertahun-tahun. Nilainya pun lebih tinggi, karena ini merupakan anugerah Ilahi di bulan istimewa di mana di dalamnya terdapat keajaiban, satu malam yang sebanding dengan seribu bulan, lailatul qadar. Ajaibnya, beribadah di malam tersebut bagaikan beribadah selama 83 tahun.

    Akhirulkalam, marilah kita menjadi mahasiswa-mahasiswa rabbani yang bergelar "al-muttaqîn" dengan predikat cumlaude/mumtâz sampai ajal menjemput hayat.
    Category: Serial Kampus | Added by: fajar (2009-09-29)
    Views: 918 | Comments: 4 | Rating: 0.0/0
    Total comments: 0
    Name *:
    Email *:
    Code *: