Bismillâh Ilmu
dan pengalaman dua hal yang tidak bisa di pisahkan dari kehidupan kita
sebagai manusia yang merindukan ke bahagiaan. Ilmu merupakan pelita
bagi kita di kala kegelapan datang menimpa, sedangkan pengalaman
merupakan tongkat penyangga ketika kita terpelanting jatuh dan untuk
menambah kualitas aktivitas kita. Saudara
yang budiman, betapa bodohnya ketika kita punya kesempatan untuk meraih
ilmu dan pengalaman itu, tetapi kita sia-siakan, karena kita merasa
bodoh, kurang mampu, harga pendidikan mahal dan merasa jadi orang
kampung yang merasa cukup bila bisa memimpin ritul-ritul masyhur di
masyarakat sekitar. Patalnya kita tidak pernah bermimpi untuk merubah
semua paradigma tadi dan mencoba untuk menepis semua keluhan dalam
bentuk realisasi nyata. Sebenarnya saya rasa keluhan tadi bukan
merupakan hal yang sangat pelik, tapi perasaan pesimis yang
menghancurkan masa depan dan menimbun bakat kita. Himah (kemauan) kuat itulah bekal utama yang mesti kita miliki. Dengan Himah kuat kita akan memandang semua hambatan sebagai tantangan yang bisa kita tundukan dengan cara apapun. Bila kita merenung, bukanya sebagian Ulama Salfus Sholeh itu orang yang fakir dari segi maliah
(materi), tapi sangat kaya dengan kemauan, sehingga mereka memiliki
kemauan yang kuat, mereka berani menatap kehidupan masa depan lebih
cerah dan penuh dengan kemenangan. Mereka berani melangkahkan kaki
walaupun berbagai tatantangan datang menghadang. Mereka akan merasa
puas bila paham Ilmu yang dipelajari dari gurunya. Tahukah anda siapakah Imam as-Syafi'i itu? Ulama karismatik di zamanya itu dan salah satu imam madzhab terkenal dengan Qoul Qodimnya ketika tinggal di Irak dan Qaul Jadidinya ketika tinggal di Mesir, bahkan pengikut Madzhab beliau tersebar di seluruh dunia. Ibu
Imam Sayfii, dia itu sampai menjual kayu penopang rumahnya, untuk bekal
dia dan anakanya Syafi'i berangkat ke Mekah, mencari keluarga dan guru
di Makah. Masih banyak mitsil yang sangat layak kita teladani. Kita
tidak ragau bagai mana para ahli hadist dalam menycarai seorang perawi
padahal mereka harus melintasi berbagai Negara walaupun belum ada alat
transportasi yang memadai hanyalah mengunakan kuda atau himar yang
kadang sering kecapain. Karena Himah mereka kuat, maka mampu berkarya. Kita juga tahu, salah satu kisah presiden Amerika Franklin
yang awalnya berpropesi sebagi tukang Koran, tapi dia itu selalu
membaca dulu Koran-koran yang mau di jualnya sehingga dia tahu
percaturan politik. Tokoh-tokoh
yang sekarang berhasil menjadi top lider baik di pemerintahan atau pun
diperushaan dan lembaga lain, mereka itu tidak dengan mudah meraih
segalanya, tidak cukup hanya kemaun di dada mereka, tapi berani
melangkah walau tantangan menghadang. Pengalaman
merupakan bekal yang penting bagi kita terutama dalam memjalankan
perkerjaan yang kita jalani, mungkin rasa sebuah makanan akan lain bila
kokinya pemula dan seorang profesional. Ini menjadi sebuah Itibar bagi kita betapa pentingnya pengalaman demi kualitas sebuah pekerjaan kita. Pengalaman
adalah milik bersama, pengalaman milik orang-orang yang memikirkan dan
serius dalam menjalankan aktivitasnya. Apa pun propesi seseorang, bila
orang tersebut mau berpikir dab serius dengan pekrjaanya maka akan
timbul ke propesinalan. Ilmu
dan penglaman harus kita junjujg tinggi, supaya kita terlepas dari
ketertinggalan dan ketertindasan, sehingga menjadi SDM yang bermanfaat
bagi Umat dan berkualitas. Wallâhu 'alam
By : Kang Bahra
|