Begitulah, doa orangtua telah mengantarkan Ibnu Daqiq Al-'Id
tumbuh menjadi orang yang 'alim dan mengamalkan ilmunya.
Perjalanan thalâbul ’ilmi Al-Hâfizh Ibnu Daqiq Al-'Id
dimulai dengan membaca Al-Qur'an sampai menguasainya dengan baik. Ia
melanjutkan perjalanan ilmiahnya menuju Damaskus Iskandariyah dan kota-kota
lainnya.
Untuk meningkatkan khazanah ilmiahnya, ia berguru ke banyak
ulama. Pertama kali, ia menimba ilmu dari sang ayah yang memang seorang ulama
juga. Ulama lain yang menjadi sumber studinya, diantaranya ialah: Syaikh Baha’uddin
Abul Hasan bin Hibbatullah bin Salamah Asy-Syafi'i, Al-Hâfizh 'Abdul
'Azhim Al-Mundziri, Abul Ma'ali Ahmad bin Abdus Salam bin Al-Muthahhir dan Al-Hafizh
Abul Hasan Yahya Al 'Aththar.
Selain terkenal dengan ketinggian dan keluasan ilmu yang
dikuasainya, Ibnu Daqiq Al-'Id juga tersohor dengan keluhuran budi pekertinya.
Dalam hal kedermawanan, sang murid yang bernama 'Alauddin Al Qaunawi bercerita,
bahwa Ibnu Daqiq Al-'Id sering memberinya beberapa dirham dan emas.
Sifatnya didominasi oleh sifat lembut dipadu dengan wara'-nya
yang menonjol dan agama yang kuat, sehingga menjadikan Ibnu Daqiq Al-’Id
betul-betul memiliki kepribadian yang luhur. Kecintaannya kepada ilmu nampak
dari ketekunan dan ketidakbosanan menelaah kitab-kitab. Dia memiliki ketekunan
luar biasa saat menelaah sebuah kitab.
Syaikh Zainuddin 'Umar Ad-Dimasyqi yang terkenal dengan Ibnul
Kattani bercerita: ”Aku pernah menemuinya saat pagi hari. Dia menyerahkan
sebuah kitab besar kepadaku seraya berkata, Kitab ini telah aku baca tadi
malam.”
Ada juga yang menceritakan: ”Aku melihat perpustakaan Najibah
di kota Qaush yang berisi banyak kitab. Diantaranya kitab 'Uyûnul Adillah
karya Ibnul Qashshar yang berjumlah tiga puluh jilid. Ternyata sudah ada
tanda-tanda pada setiap jilidnya. Demikian juga kitab-kitab di Madrasah
Sabiqiyah, diantaranya kitab Sunan Kabîr karya Baihaqi, ternyata sudah
ada coretan-coretan di dalamnya (telah dibaca). Demikian juga pada kitab Târîkh
Khathîb dan Mu'jamul Kabîr karya Thabrani dan kitab Al-Basîth
karya Al-Wahidi telah terdapat coretan-coretan di dalamnya.
Syaikh Sirajuddin Ad-Dandarawi berkata, ”Ketika muncul
(terbit) kitab Syarh Kabîr karya Ar-Rafi'i, ia (Ibnu Daqiq Al-’Id)
membelinya dengan harga seribu dirham. Dia hanya menyibukkan diri dengan shalat
fardhu dan menelaah kitab tersebut sampai menyelesaikannya.”
Sebagai ulama hadis yang memiliki keluasan ilmu, maka sangat
layak bila ia mendapat berbagai pujian. Para muridnya adalah orang yang paling
mengetahui, sebab mereka sering bergaul dengannya dalam majelis ilmu yang
diselenggarakannya. Dengan itu, mereka menjadi saksi hidup tentang kapasitas
ilmiah yang dimiliki guru mereka dalam berbagai disiplin ilmu.
Sebagai contoh, saat menulis Biografi Syaikh Taqiyyuddin
Ibnu Daqiq Al-'Id, Imam Muhaddits Fathuddin Muhammad Al-Ya'muri, salah
seorang muridnya, mengatakan : "Aku belum pernah melihat orang seperti
dia. Aku belum pernah menimba ilmu atau meriwayatkan (sebuah hadis) dari orang
yang lebih agung darinya. Dia mampu menguasai berbagai ilmu, sekaligus menjadi
pakarnya. Dia terdepan dalam keluasan tentang 'ilal hadis dibandingkan
rekan-rekannya. Bahkan dia paling terkenal penguasaaanya terhadap ilmu yang
mulia ini (ilmu hadis) pada masanya. Dia sangat memelihara lidahnya. Seandainya
ada orang yang menghitung ucapannya, pasti dapat menghitung kata-kata yang
diucapkannya." Kemudian Syaikh Fathuddin mengakhiri sanjungannya dengan
mengatakan: "Bola mataku belum pernah menyaksikan orang yang lebih berbudi
luhur darinya."
Berkaitan dengan kejelian kritik
hadis dan ketelitiannya dalam ilmu hadis, tidak ada seorang pun pada masanya
yang menandinginya. Ketinggian ilmunya juga tertuang ke dalam karya ilmiah yang
ditulisnya.
Berikut ini sebagian nama kitab yang telah diwariskan Al-Hâfizh
Ibnu Daqiq Al-'Id untuk umat Islam: al-Ilmâm fî Ahâdîtsil Ahkâm,
Ihkâmul Ahkâmi Syarh 'Umdatul Ahkâm, Syarh
al-Arba'în an-Nawawiyyah, al-Iqtirah fi Bayâni al-Ishthilâh, Risâlah
fi Ahli Dzimmah, Tuhfatul Labîb fî Syarhi at-Taqrîb, dan
Syarh 'Uyûnil Masâili fî Nushûshi Asy-Syâfi'i.
Ulama hadis ini meninggal pada hari Jum'at, 12 Shafar 702 H
dalam usia 77 tahun. Saat pemakamannya yang dilakukan pada hari Sabtu,
orang-orang berdesakan untuk menghantarkan jenazahnya. Para ulama dan pejabat
ikut serta larut bersama umat mengantar Ibnu Daqiq Al-'Id menuju
peristirahatannya di alam kubur.
Demikian sekilas perjalanan
gemilang kehidupan Al-Hâfidz Ibnu Daqiq Al-'Id berkat doa orangtua yang mustajâb.
Maka menjadi pelajaran bagi kita, hendaklah para orang tua memaksimalkan usaha
dalam perbaikan anak dan keturunannya melalui doa. Wallâhu a’lam.
*Mahasiswa tkt.4 fak.ushuluddin
|