Berdirinya organisasi kekeluargaan ini sama sekali
bukanlah organisasi politik yang formal dan birokratis dengan pemerintah jawa
barat, atau sikap fanatisme kesukuan di kalangan warga Jawa Barat dalam
berinteraksi dengan sesama masyarakat Indonesia di Mesir. Organisasi ini
berorientasi menumbuhkan rasa persaudaraan dan ukhuwah Islamiyyah yang
mempunyai misi utama yaitu : "Perwujudan organisasi sebagai wahana aspirasi
dan pelatihan anggota dalam kegiatan pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah”.
Dari masa ke masa kepengurusan, KPMJB merupakan sebuah
organisasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata, posisinya cukup berpengaruh
di belantika organisasi mahasiswa mesir. Dari setiap kepengurusan pasti beragam
corak yang dihasilkan, dengan program apa yang menjadi unggulan, akademikkah
atau yang bersifat hiburan seperti seni atau olahraga menjadikan dari setiap
masa kemasa kepengurusan mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Memang
penulis sendiri tidak mengalami semua masa kepengurusan dari awal sampai
sekarang tapi hal seperti itu merupakan hal mutlak yang telah jadi kebiasaan.
Namun yang mesti diperhatikan, yaitu akan kekurangan dari masa sebelumnya yang
harus ditutupi dan kelebihan yang harus dipertahankan. Misal dari segi tempat
sekertariat. Pada awal berdirinya KPMJB terkesan nomaden, berpindah dari apartemen
ke apartemen. Hal ini dikarenakan tidak ada tempat khusus untuk sekertariat
organisasi sebagai sentral kegiatan.
Pada periode Sibli Wardi, MA, tahun 1984 seiring dengan
bertambahnya jumlah anggota, KPMJB mulai memiliki sekertariat bertempat di Building
26 lantai 9 Hedr el-Thony St. Nasr City Cairo. Waktu itu KPMJB beranggotakan
sekitar 60 (enam puluh) orang.
Hingga tahun 2003 sekretariat KPMJB sering
berpindah-pindah tempat karena selalu bermasalah dengan pihak tuan rumah.
Bahkan pada tahun 1999 periode Abdullah Fikry Basya, sekretariat KPMJB terpaksa
diusir oleh tuan rumah karena flat yang ditempati oleh KPMJB akan dijual.
Sekarang KPMJB mempunyai pasangrahan sebagai sekertariat
dan pusat kegiatan yang lebih dari layak. Hal ini patut disyukuri, dan
dijadikan sebagai sarana yang lebih untuk menunjang kemajuan KPMJB, untuk bisa
memaksimalkan fungsi KPMJB sendiri sebagai wahana aspirasi dan pelatihan
anggota dalam kegiatan pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah.
Hal di atas bersifat positif, yaitu kemajuan KPMJB dari
masa ke masa mengenai tempat sekertariat, namun bagaimana halnya dengan
kegiatan-kegiatan dari masa kemasanya, apakah meningkat juga, atau malah lebih
menurun? Tentu seharusnya jika sarana semakin mendukung, kegiatanpun harusnya
semakin berkulalitas. Mungkin ini merupakan tantangan bagi kepengurusan masa
sekarang, apa bisa membuat KPMJB lebih kedepan dengan kegiatan-kegiatan yang
megah seperti megahnya pasangrahan dan KPMJB benar-benar bisa menjadi wadah
aspirasi dan pengembangan bakat para warganya.
Berjalan atau tidaknya sebuah organisasi tergantung dari
solidaritas anggotanya selain pengurus yang loyal dan professional.
Tidak mungkin suatu acara akan terlaksana tanpa dukungan dari anggotanya
sendiri, begitupula dengan KPMJB, solidaritas warga merupakan hal penting yang
mesti diperhatikan. KPMJB mengalami krisis warga mungkin tidak berlebihan
kata-kata itu untuk ditujukan pada keadaan KPMJB sekarang atau beberapa tahun
kepengurusan sebelumnya. Terlihat dari keikut sertaan warga pada kegiatan-kegiatan
yang diadakan KPMJB yang belum kompak atau kata lain belum solidnya warga,
mungkin hanya sebagian kegiatan saja yang bisa terlihat banyak peminatnya,
yaitu kegiatan yang bersifat hiburan entah seni ataupun olah raga, namun ketika
diadakannya acara yang sifatnya educatif untuk mengembangkan
intelektualitas warga atau acara yang berkaitan dengan akademik yang bisa
membatu untuk mempermudah kelulusan kuliah, masih terlihat minim peminatnya,
padahal jumlah warga KPMJB untuk sekarang dan kapengurusan sebelum-sebelumnya
cukup banyak, terbukti saat pemilihan Gubernur yang terlihat berjubelnya warga
di saat itu meski harus disayangkan hak pilih yang saat itu mereka pergunakan
tidak dilanjutkan dengan bukti kepeduliannya pada KPMJB dan kegiatan-kegiatan yang
diadakannya. Bahkan lebih mengenaskan lagi mengenai kesoliddan warga KPMJB ini,
ada beberapa mahasiswa yang jelas-jelas berasal dari jawa barat malah masuk ke
keluargaan lain, seperti yang dikatakan salah seorang senior ketika saya tanya
mengenai hal ini. Permasalahan ini menimbulkan baragam pertanyaan, diantaranya
apa memang solidaritas warga tersebut yang meski dipertayakan lagi, atau memang
kurangnya rangkulan dari pengurus khususnya dan warga KPMJB sendiri pada
umumnya. Jelas itu menjadi PR buat kita yang mesti diselesaikan.
Hemat penulis mengenai hal ini adalah tertuju pada satu
hal, yaitu komunikasi. Karena komunikasi adalah indikasi dari berjalan atau
tidaknya sebuah organiasi, dengan komunikasi yang maksimal dari pengurus,
anggota, dan antar generasi mustahil kiranya solusi tidak didapat,
permasalahan-permasalahan yang dihadapi akan terasa
ringan dan mudah diselesaikan jika memang sudah terjalin komunikasi yang baik
dari seluruh lapisan. Wallahu a’lam….!
|