Fluktuasi prestasi akademis masisir selama dua
tahun ini cukup menggembirakan, bahkan untuk tahun ajaran 2008-2009 peraih
predikat imtiyâz mencapai angka 20 orang setelah sebelumnya hanya diraih
oleh 7 orang saja. Meskipun demikian angka ke-rasib-an belum bisa
terhapuskan sepenuhnya. Hal tersebut disebabkan masalah klasik, keterlambatan mahasiswa baru non-Depag secara massif. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, baik PPMI, kekeluargaan, senat dan beberapa almamater sepakat bahwa
tahun ini prosentase ke-najâh-an masisir mengalami
kenaikan.
Tak terkecuali warga KPMJB, dari seluruh masisir
yang meraih predikat mutafawwiqîn tahun ini, 7 imtiyâz dan 31 jayyid
jiddan diraih oleh warga KPMJB. Namun yang amat disayangkan hingga saat ini
data ke-najah-an warga KPMJB belum terhimpun seluruhnya, sebagaimana
diungkapkan Imam Suryansyah, gubernur KPMJB, "Untuk peraih mutafawwiqîn,
alhamdulillah, mengalami kemajuan, cuma untuk data ke-najah-an warga belum
dapat dipastikan karena keterlambatan pendataan,” ujarnya.
Peningkatan prestasi akademik masisir tentu bukan
sesuatu yang kebetulan. Perubahan tersebut merupakan hasil akumulasi dari usaha,
kerja keras dan kesungguhan. Dimulai dari membangun kesadaran pribadi agar
rajin kuliah serta adanya dukungan berbagai pihak dengan terselenggaranya beberapa
program untuk peningkatan prestasi akademis, seperti: fushûl taqwiyyah,
bimbingan muqarrar, dll. yang terselenggara atas kerjasama Al-Azhar,
KBRI, PPMI, Senat serta beberapa organisasi lain, termasuk diantaranya
kekeluargaan yang selalu men-support warganya untuk selalu meningkatkan
prestasi akademik.
Selain keutamaan dalam membentuk kesadaran
pribadi, sugesti dan motivasi organisasi maupun komunitas-komunitas yang banyak
mengantongi publik masisir tentunya sangat diperlukan. Keberadaan komunitas-komunitas tersebut ikut serta
dalam membangun bî’ah mahasisiwa agar cinta kuliah. "Untuk kegiatan, DP-KPMJB sendiri tidak terlalu memaksakan. Kita memberi keleluasan agar warga tetap berkesempatan
untuk masuk kuliah,” tukas Kang Imam saat dimintai keterangan
mengenai antusias DP-KPMJB dalam
mendukung perbaikan prestasi warganya. Dalam kesempatan tersebut Kang Imam juga
mengungkapkan bahwa sekitar akhir November nanti, KPMJB akan mengadakan beberapa evaluasi kerja, khusunya mengenai proses belajar warga.
Mengenai antusias warga untuk masuk kuliah, sampai
saat ini masih dalam taraf standar. "Mungkin insya Allah kalau sudah dekat ujian warga akan
lebih rajin,” ungkap Kang
Imam. Hal senada juga nampak pada
warga KSW. "Saya kira sampai saat ini masih standar, mungkin mendekati ujian
akan lebih semangat lagi.” Ujar Suyatno Ja’far Shadik, ketua KSW, mengomentari
aktivitas kuliah warga KSW saat ditemui di depan papan pengumuman di sela-sela
kesibukannya mencari raqmul julûs barunya.
Hasil baik tentunya bersumber dari budaya yang
baik. Walaupun kuliah bukanlah aktivitas tunggal yang harus dijalani, namun agar
prestasi dapat diraih budaya hadir muhâdharah tentunya tetap
harus diutamakan. "Target muhâdharah wajib setiap hari, minimal satu mâddah,” ungkap Siti Fauziah, aktivis keputrian KPMJB, mantap. Senada dengan Fauziah, Hendar, warga asal Sukabumi, mengungkapkan, "Untuk saat ini belum terlalu sering sih, tapi minimal dua hari
dalam seminggu.”
Sistem perkuliahan tanpa absensi kehadiran, diakui
atau tidak, sangat tergantung pada kesadaran pribadi agar mau melangkahkan kaki
sekadar untuk duduk
mendengarkan penjelasan dosen di kuliah. Adakalanya motivasi masuk kuliah bisa
datang dari mana saja, akan tetapi melaksanakan apa yang telah
disadari hanya datang dari diri sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan Ifaz, "Saya kan rasîb,
pengalaman itu saya jadikan i’tibâr untuk lebih semangat lagi. Rasîb kan standar manusia. Dalam belajar tentunya dibutuhkan kesungguhan untuk sesuatu yang kita cita-citakan,” tutur mahasiswa
asal Madura ini panjang lebar. Selanjutnya Hendar punya alasan lain agar tetap
semangat kuliah, "Pertama, ingin dapat ilmu langsung dari sumbernya. Kedua, membantu dalam memahmi muqarrar,”
singkatnya. Hal tersebut diamini oleh Bahrul Ulum yang kebetulan duduk bareng
Hendar, menurutnya dengan ikut hadir muhâdharah
mudah-mudahan kita dapat berkah guru "Al-barakatu ‘inda liqâ,” tukasnya.
Niat tulus untuk hadir kuliah terkadang tak
selamanya berjalan mulus, bahkan baru-baru ini Al-Azhar menerapkan peraturan
baru, diantaranya jadwal kuliah pagi yang kini dimulai tepat pukul 8 pagi.
Selanjutnya untuk Fakultas Syariah tingkat 1-2, Al-Azhar menerapakan kuliah siang, dimulai pukul 14.00
dan berakhir sekitar pukul 20.00 petang. "Kuliah masih jarang, alasannya karena
sulit transportasi apalagi kalau malam,” ungkap Jajang mengeluhkan. Selanjutnya Dimas yang tinggal di derah
Tajammu’ mengomentari. "Saya harus berangkat jam 07.30 dari Tajammu’ agar dapet
pelajaran pertama, karena kalau terlambat biasanya duktûr seringkali
mengunci kelas,” ungkap mahasiswa bertubuh subur ini semangat. Berbeda halnya
dengan mahassiwi, akses transportasi
menuju Kuliyah Banat cukup banyak tersedia, kendalanya jutru lebih kepada
kehadiran duktûrah yang seringkali berhalangan hadir. "Seringkali saat
kita masuk muhâdharah beberapa
duktûrah-nya malah berhalangan hadir, akhirnya kita ga bisa muhâdarah
dech..,” ungkap Fau menyayangkan.
Berbagai kegiatan dan program peningkatan prestasi
sudah banyak diadakan. Fushûl taqwiyyah misalnya, telah dibuka semenjak 5
November lalu, bahkan KPMJB sendiri jauh-jauh hari telah memulai program
bimbelnya semenjak 26 Oktober. "Alhamdulillah bimbelnya berjalan dengan lancar,
bahkan pesertanya dari berbagai derah karena memang dibuka untuk umum dan sudah
berjalan sekitar dua minggu yang lalu,” ungkap Miftah, Divisi Keilmuan KPMJB
sekaligus koordinator program bimbel KPMJB, semangat. Secercah harapan untuk
memperbaiki mutu dan presetasi
kini mulai terbuka lebar, tinggal ada kemauan, kesadaran dan ada kesunggguhan. Selanjutnya hasil kita serahkan.
(Irsan
Asari)
|