Meraih Cumlaude di Kampus Ramadan ( Oleh: Febrian Firdaus )
Seperti halnya masyarakat biasa, mahasiswa yang
juga merupakan bagian dari makhluk sosial, tentu saja tak mau ketinggalan memanfaatkan momentum Ramadan
ini. Di beberapa negara, mungkin Ramadan bagi mahasiswa, harus dijalani
dengan padatnya jadwal perkuliahan, aktivitas-aktivitas kampus yang tak
kunjung berjalan seiring berjalannya bulan suci ini. Berbeda halnya dengan
kita, masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir), tidak mengalami aktivitas
kuliah selama bulan Ramadan sebagaimana di negara-negara lainya. Namun hal ini bukan berarti kita melupakan
kampus kita tercinta karena tak sedikit dari kita masih sering mengunjungi
kampus, entah untuk suatu urusan penting atau sekedar mengunjungi masjid Al-Azhar
untuk tadarusan dan beri'tikaf di sana. Mereka menjadikan momentum
Ramadan ini, bukan sekedar bulan yang penuh maghfirah melainkan
menjadikan bulan ini sebagai kampus yang agung, kampus ketakwaan yang
membentuk graduan yang pro-aktif untuk membawa keampunan.
Laiknya sebuah unversitas, bulan
Ramadan merupakan sarana dan tempat yang tepat untuk menempa diri. Keutamaan
pendidikan di bulan ini selain memiliki rahasia puasa yang sangat luar biasa
adalah didikan langsung (live) dari Allah Sang Maha Pencipta.
Inilah
kampus kita, "KAMPUS RAMADAN", kampus yang telah dii'tirafkan oleh
Allah bahwa setiap "mahasiswa" yang benar-benar menghayati "modul-modul"
atau yang biasa kita sebut di sini "muqarrar" yang
diperkenalkan akan diampunkan setiap dosa mereka yang lalu.
Kampus
Ramadan ini merupakan suatu institusi yang menjanjikan kualitas produk graduan
yang bebas dari pengangguran iman, karena setiap "muqarrar"
yang diajar mempunyai elemen 'ubûdiyyah yang tinggi untuk meningkatkan
ketakwaan dan senantiasa berusaha untuk selalu taqarrub kepada
Yang Maha Pencipta.
Sebagai
mahasiswa universitas Ramadan, kita (shâ'imîn) tentunya ingin berhasil dengan baik untuk menjadi "alumni Ramadan teladan", baik itu teladan bagi diri sendiri
maupun bagi manusia yang lain. Tidak berhenti sampai di situ, sebagaimana dalam
kehidupan akademis perkuliahan, gelar sarjana dengan predikat cumlaude atau
“mumtâz” selalu menjadi idaman setiap mahasiswa. Maka Ramadan pun bisa
memberikan gelar serupa,
bahkan summa cumlaude atau yang kita bisa sebut “mumtâz ma’a martabati syaraf”.
Kalau
saja dari tradisi kita ada yang mendapatkan "bingkisan hadiah" karena
prestasinya di kampus, maka prestasi yang disandang dari kampus Ramadan ini
jauh lebih besar dan mulia dibanding bingkisan-bingkisan lainnya dan telah
dijanjikan oleh-Nya, yaitu tak ada lain bingkisan bagi para perindunya selain “jannah”
yang kenikmatannya tiada tara. Allâhummaj’alnâ minhum, ya Rabb?!
Selanjutnya timbul pertanyaan, pantaskah kita menyandangnya? Adakah kampus
Ramadan ini menggoreskan sejuta makna bagi kita? Sudahkah menjadikan kita "manusia baru"? Ataukah tak ada beda (dari sebelumnya)?
Kampus
Ramadan ini adalah tempat dan momen kasih sayang Allah kepada mahasiswa-Nya (shâ'imîn). Kampus ini juga merupakan kampus agung yang sarat makna, nilai, hikmah
dan pahala. Tak berlebihan jika mengatakan kampus Ramadan adalah kampus penuh
dengan festival yang gemerlap dan penuh dengan tawaran menarik. Bonus pahala
berlipat ganda, rahmat dan ampunan Allah sampai janji surga. Untuk memudahkan shâ'imîn
meraih keuntungan tersebut, Allah telah membelenggu setan-setan sejak hari
pertama di kampus Ramadan ini hingga hari terakhir, juga mengecilnya kadar
kejahatan dan kemaksiatan.
Sebagai
contoh sederhana, “mahasiswa-mahasiswa-Nya” yang tadinya lalai akan waktu
shalat dan jarang membaca Al-Qur'an, menjadi rajin di kampus ini. Perkataan
kotor mulai dikekang dan dikendalikan karena khawatir dari modul utamanya
(puasa) batal.
Maka
sangat tepatlah Ramadan sebagai kampus training, kampus penggemblengan
diri, medan pelatihan dan pembekalan "mahasiswa". Sedangkan 11 bulan yang lain sebagai arena
ujian "final" yang sesungguhnya untuk mencapai tingkatan yang lebih
tinggi. Seorang mahasiswa yang tidak berlatih dengan tekun dan membekali diri
dengan baik, tentu akan gagal di medan ujian. Lain halnya dengan mahasiswa yang
berdisiplin dan bersungguh-sungguh dalam latihan, tentu akan sangat siap
menghadapi ujian sesulit apapun dan besar kemungkinan gelar sarjana dengan
predikat cumlaude atau mumtaz mudah diraihnya.
Adapun
gelar yang dianugerahkan Allah kepada para alumni universitas Ramadan adalah "al-muttaqîn". Gelar "al-muttaqîn" jauh lebih bergengsi dibandingkan dengan
gelar-gelar lainnya seperti S1 (Lc atau lainnya), S2 (master), S3 (doktor), dan bahkan professor. Hebatnya lagi, gelar "al-muttaqîn" hanya diraih dalam waktu sebulan dibandingkan dengan gelar lainnya yang
memakan waktu bertahun-tahun. Nilainya pun lebih tinggi, karena ini merupakan
anugerah Ilahi di bulan istimewa dimana didalamnya terdapat keajaiban, satu malam yang
sebanding dengan seribu bulan, lailatul qadar. Ajaibnya, beribadah di malam tersebut bagaikan beribadah selama 83 tahun.
Akhirulkalam, marilah kita menjadi mahasiswa-mahasiswa
rabbani yang bergelar "al-muttaqîn" dengan predikat cumlaude/mumtâz sampai ajal menjemput hayat.